Catatan Taruna

   Orang Pinggiran          Masa kecil penuh keceriaan dilalui seperti anak pinggiran kota pada umumnya.Jika membuat pisau dari paku bersama teman-teman sebayanya,sengaja paku itu digilaskan ke roda baja kereta api yang sedang berjalan di rel di dekat rumah  Samsul.Adakalanya,pada saat akhir pekan,anak-anak singkong dari dari kawasan Semarang ini bersepeda ramai-ramai ke kawasan Tugu Muda dan jajan panganan murah buah lontar.          Beruntung Samsul mendapat ajaran agama yang kuat dari sang nenek yang juga guru agama di SD Negeri Jalan Ismail Marzuki,Semarang.Didikan nenek itu menjadi dasar dan panduan sepanjang hidupnya hingga sekarang.Meski demikian,demi dasar pendidikan kedisiplinan,orang tua Samsul dengan penghasilan pas-pasan rela mengorbankan apapun agar anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan disekolah swasta.           Setelah tumbuh dewasa,Samsul belajar tentang filosofi dan prinsip-prinsip hidup sekaligus merasakan bagaimana susahnya mencari sumber kehidupan

Mimpi Anak Desa            Namaku Ferry Kristyanto.Sering dipanggil ferry.Aku lahir di Kabupaten Semarang, 18 Maret 2002.Aku lahir dari pasangan Marwoto dan Suharni.Aku merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara.Kakakku laki--laki bernama Wahyu Haryanto dan kakak perempuan ku bernama Meita Kusuma Dewi.            Aku berasal dari keluarga yang sangat keras.Bapakku adalah orang yang paling keras di keluarga kami.Hal itu dikarenakan latar belakang dari Bapakku yang dulunya orang jalanan.Tetapi ia menginginkan anaknya jangan sampai sama sepertinya.Ia menggunakan segala cara agar anaknya menjadi orang yang baik.             Bapak memang sering mengutarakan kata kata kasar kepada anaknya,saat kami melakukan kesalahan.Namun Bapak tidak pernah melakukan tindakan fisik kepada anaknya.Berkat didikan keras itu saya dan kakak-kakak saya itu tumbuh menjadi orang yang disiplin,sesuai keinginan dari Bapakku.              Meskipun aku berasal dari keluarga biasa,namun aku mempunyai ci