Lika liku Laki laki


 Lika-liku Laki-laki

Setelah lulus dari SMA pada tahun 2020,saya memutuskan untuk tidak meneruskan belajar dibangku kuliah.Saya mulai mengejar cita-cita saya dengan mengikuti tes TNI.Tetapi,berulang kali saya mengikuti tes tersebut,Allah belum mengizinkan saya untuk meraih cita-cita saya menjadi prajurit TNI.Semenjak kecil saya memang memimpikan bisa menjadi prajurit TNI,sehingga semua yang akan diujikan pun sudah saya persiapkan jauh-jauh hari.Mulai dari mempersiapkan fisik,akademik,dan psikologi.

Dari segi fisik semenjak kelas 1 SMA saya mengikuti kursus renang di Tlatar Boyolali selama kurang lebih 3 tahun.Saya juga mengikuti bimbingan fisik sekaligus beladiri karate di Dojo Akhaisiro,RST Dr.Asmir Salatiga selama kurang lebih 3 tahun juga.Untuk kesehatan,saya rutin melakukan Check Up setiap akan mengikuti tes,dan langsung segera mengatasi apabila ada kesehatan yang kurang.


1.1 Kenangan saat les renang.

Seperti melakukan pemasangan behel,suntik varises,tambal gigi dan lain-lain.Saya juga harus mondar-mandir ke tempat fotokopian,kesekolah-sekolah,Dinas Pendidikan,Kelurahan,Kecamatan,Polres untuk mengurus berkas-berkas administrasi.Selain fisik,dari segi akademik saya juga mempersiapkan sudah jauh-jauh hari.Selain membeli buku-buku akademik panduan masuk Abdinegara,saya juga dipinjami buku-buku oleh teman-teman saya yang kala itu sudah menjadi abdinegara.Mereka selalu mendukung dan memotivasi saya,agar saya lebih semangat dan lebih keras lagi dalam berusaha untuk merih cita-cita saya.Saya juga rutin mengikuti Try-Out Online Gratis di akun-akun Instagram Kedinasan dan juga mengikuti bimbel online masuk abdinegara.

Atas arahan dari teman juga,saya rutin mengikuti les psikologi di Semarang,setiap sebelum pelaksanaan tes psikologi.Dengan semua persiapan itu,maka seminggu setelah kelulusan,saya memutuskan untuk mendaftar TNI untuk pertama kalinya.Pada saat itu saya mendaftar AAL (Akademi Angkatan Laut),walaupun dengan keraguan dihati saya tetap berangkat untuk melaksanakan tes,karena pada saat itu pembukaan seleksi TNI baru ada seleksi AAL.Saya berangkat dari rumah pukul 03.00 WIB menuju Lanal Semarang,karena jarak dari rumah ke lokasi tes lumayan jauh dan harus berkumpul di Lanal Semarang pukul 05.00 WIB.Alasan saya tidak ngekost adalah karena tidak diizinkan oleh orang tua,dikarenakan waktu itu Kota Semarang baru tinggi-tingginya angka kematian akibat covid-19.Setelah 3 hari laju pulang pergi untuk melaksanakan tes,saya dinyatakan gugur di tes kesehatan.Hal itu dikarenakan ada 1 gigi yang sebelumnya dibehel,masih kurang rapi untuk standar Taruna AAL.


1.2. Apel sebelum pelaksanaan seleksi AAL.

Setelah kegagalan di AAL itu,saya memperbaiki kekurangan saya,dan menambah lagi persiapan untuk tes selanjutnya.Akhirnya bulan November tahun 2020,saya memutuskan untuk mendaftar TNI AL lagi,tetapi bedanya kala itu saya mengikuti seleksi CABA TNI AL.Seperti sebelumnya saya tidak diizinkan oleh ortu untuk kost di Semarang,jadi setiap jam 03.00 WIB saya harus berangkat dari rumah menuju lokasi tes.Pukul 21.00 WIB saya pulang dari Lanal Semarang untuk menuju rumah,dan sampai di rumah kira-kira pukul 22.30 WIB kalo tidak terjebak macet.Hal itu saya lakukan setiap hari selama 10 hari tes di Lanal Semarang.Waktu itu saya dinyatakan lulus kesehatan 1,psikotes 1,dan kesehatan 2.Selesai melaksanakan tes kesehatan yang ke-2,malam itu pukul 21.30 WIB,saya pulang dari Lanal,tetapi sesampainya di depan Polres Semarang,saya malah terjatuh dari motor gara-gara menghindari pemotor yang sembarangan menyebrang.Kaki saya terluka dikarenakan tergores aspal,dan hal itulah yang membuat konsentrasi saya hilang saat esoknya mengerjakan psikotes yang ke-2.Saat itu juga saya dinyatakan gagal di psikotest ke-2.



1.3. Kenangan seleksi CABA AL.

Hal itu membuat saya menjadi down dan sedih yang berlarut-larut.Hampir 1 bulan saya tidak belajar dan olahraga.Melihat teman-teman saya banyak yang sudah kuliah dan kerja,membuat saya semakin minder dan pesimis.Tetapi karena keluarga dan teman-teman selalu memotivasi saya agar tidak menyerah,saat itu juga saya memutuskan untuk berusaha lebih keras lagi untuk meraih cita-cita saya.Bulan Januari saya memutuskan untuk mendaftar lagi CABA TNI AL,saya sangat optimis waktu itu,dikarenakan saya sudah mempersiapkan semua dengan lebih matang lagi.Tetapi Allah masih belum menghendaki saya menjadi prajurit TNI AL.Saya dinyatakan gagal di kesehatan 1,dikarenakan ada 2 gigi saya yang kotor.Bagai jatuh tertimpa tangga,kesedihan yang belum hilang karena kegagalan sebelumnya malah ditambah lagi berita kegagalan.

Tetapi saya mencoba berfikir positif bahwa ini merupakan bagian dari rencana Allah untuk menguji sejauh mana keseriusan saya memperjuangkan cita-cita saya.Akhirnya bulan Februari tahun 2021 saya mengikuti seleksi CABA TNI AU di Yogyakarta.Kala itu saya berfikir untuk tidak laju karena jaraknya memang jauh,dan memutuskan kost di depan Lanud Adi Soetjipto.Tetapi lagi-lagi saya harus mendengar lagi berita kegagalan,yaitu saya dinyatakan gagal ditahap 1.Setelah kegagalan saya yang ke-4 itu,saya berfikir untuk mencoba mendaftar di Instansi lain.Saya teringat saran dari teman saya waktu les psikologi di Semarang.Teman saya itu merupakan alumni dari PIP Semarang,beliau menyarankan saya untuk mencoba mengikuti Sipencatar 2021.Setelah saya meminta restu dari keluarga,saya memutuskan untuk mengikuti seleksi Sipencatar 2021,dan memilih PIP Semarang sebagai sekolah tujuan saya.


1.4.Kenangan setelah tes samapta,bersama teman satu SMA.

Minggu-minggu sebelum pelaksanaan tes,saya aktif bertanya dan meminta arahan kepada teman-teman yang sudah menjadi Taruna-Taruni di Sekolah Kedinasan.Syukur alhamdulillah saya dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu membimbing,mensupport,dan mengarahkan saya dalam setiap tindakan.Setelah mengikuti serangkaian tes Sipencatar,akhirnya saya dinyatakan lolos dan berhak mengikuti pendidikan.Saya merasakan hal yang berbeda saat mengikuti Sipencatar,semua tes terasa mudah dan mengalir begitu saja,bila dibandingkan tes sebelumnya waktu seleksi TNI.Padahal dari ribuan yang mengikuti seleksi,hanya 48 orang yang diterima,dan saya alhamdulillah menjadi salah satu dari 48 orang tersebut.Akhirnya saya menyadari bahwa Allah menginginkan saya menjadi Taruna dibawah naungan Kemenhub,bukan menjadi prajurit TNI


1.5 Kenangan Inagurasi/Pelantikan.

Saya benar-benar bersukur,setelah 4 kali gagal seleksi TNI,dan sempat ingin menyerah,akhirnya saya menemukan jalan saya dengan menjadi Taruna PIP Semarang.Saya sangat berterima kasih kepada keluarga,teman-teman,dan orang-orang disekitar saya yang selalu mendorong saya agar tidak menyerah.Ini bukan merupakan akhir dari perjalanan saya,saya masih harus berjuang lagi agar bisa menjadi Taruna yang berprestasi,berkarakter,dan bisa menjadi kebanggan keluarga.Sekian lika-liku perjalanan saya sebelum menjadi Taruna.Semoga bisa menginspirasi pembaca untuk tidak mudah menyerah dalam berproses meraih apa yang dicita-citakan.Sekian dari saya....dan nantikan tulisan blog saya selanjutnya.Salam sehat...salam bahagia...dan tetap semangat.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Minggu yang melelahkan